Rabu, 11 Juli 2012

Ular Reptil

Ular Kawat

PENDAHULUAN

Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di dunia. Hal ini dibuktikan dengan keberadaannya sampai saat ini sebagai salah satu makhluk hidup yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungannya sehingga mampu melestarikan keturunannya dalam jumlah yang melimpah. Ular adalah reptil yang tak berkaki dan bertubuh panjang. Akan tetapi apabila dijumpai kasus-kasus kadal tak berkaki (misalnya Ophisaurus spp.) karakter ini menjadi kabur dan tidak dapat dijadikan pegangan. Oleh sebab itu, para ilmuwan berusaha meneliti terkait dengan asal usul ular, cara berjalan yang khas, habitat awal, terjadinya evolusi serta bentuk pertahanan dirinya untuk menjaga kelangsungan hidup hingga saat ini. Data otentik mengenai penelitian ini adalah bahwa telah ditemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki..Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan sehingga fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Karena fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut. Sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga, yaitu ular dengan dua kaki.
Fenomena cara ular berjalan dan asal usulnya menjadi topik perdebatan yang kontroversial bagi para ilmuwan, terlebih setelah ditemukannya fosil-fosil ular purba yang diduga memiliki kaki dan sacrum serta berbagai organ yang selanjutnya mengalami reduksi dan tidak ditemukan pada organisme ular masa sekarang. Berangkat dari permasalahan tersebut, kami menyusun makalah ini untuk memberikan informasi, penjelasan dan gambaran mengenai profil, sejarah perkembangan dan evolusi ular. Semoga bermanfaat!
 

 A. Habitat dan Makanan
Ular memiliki habitat di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan. Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yang lain hidup akuatik atau semi-akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut.

Ular memangsa berbagai jenis hewan lebih kecil dari tubuhnya. Ular-ular perairan memangsa ikan, kodok, berudu, dan bahkan telur ikan. Ular pohon dan ular darat memangsa burung, mamalia, kodok, jenis-jenis reptil yang lain, termasuk telur-telurnya. Ular-ular besar seperti ular sanca kembang dapat memangsa kambing, kijang, rusa dan bahkan manusia.

B. Kebiasaan dan Reproduksi
Ular memakan mangsanya bulat-bulat; artinya, tanpa dikunyah menjadi keping-keping yang lebih kecil. Gigi di mulut ular tidak memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan hanya untuk memegang mangsanya agar tidak mudah terlepas. Agar lancar menelan, ular biasanya memilih menelan mangsa dengan kepalanya lebih dahulu.
Beberapa jenis ular, seperti sanca dan ular tikus, membunuh mangsa dengan cara melilitnya hingga tak bisa bernapas. Ular-ular berbisa membunuh mangsa dengan bisanya, yang dapat melumpuhkan sistem saraf pernapasan dan jantung (neurotoksin), atau yang dapat merusak peredaran darah (haemotoksin), dalam beberapa menit saja. Bisa yang disuntikkan melalui gigitan ular itu biasanya sekaligus mengandung enzim pencerna, yang memudahkan pencernaan makanan itu apabila telah ditelan. Untuk menghangatkan tubuh dan juga untuk membantu kelancaran pencernaan, ular kerap kali perlu berjemur (basking) di bawah sinar matahari.
Pada umumnya ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah telur dapat hanya beberapa butir, hingga puluhan bahkan ratusan. Ular meletakkan telurnya pada lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapuk atau di bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui menunggui telurnya hingga menetas; bahkan ular sanca ‘mengerami’ telur-telurnya. Sebagian ular, seperti ular kadut belang, ular pucuk dan ular bangkai laut ‘melahirkan’ anak. Sebetulnya tidak melahirkan seperti halnya mamalia, melainkan telurnya berkembang dan menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), kemudian keluar sebagai ular-ular kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat Rhampotyphlops braminus, Ular ini memiliki bentuk mirip cacing kecil dan diduga mampu bertelur dan berbiak tanpa ular jantan (partenogenesis).

 C. Macam-macam Ular
Terdapat dua kelompok ular, yaitu ular berbisa dan ular yang tidak berbisa.
Ular-ular primitif, seperti ular kawat, ular karung, ular kepala dua, dan ular sanca, tidak berbisa. Ular-ular yang berbisa pada umumnya termasuk suku Colubridae, akan tetapi pada umumnya memiliki bisa yang sifatnya lemah, sedangkan ular-ular yang berbisa kuat di Indonesia biasanya termasuk ke dalam salah satu suku ular berikut: Elapidae (ular sendok, ular belang, ular cabai, dll.), Hydrophiidae (ular-ular laut), dan Viperidae (ular tanah, ular bangkai laut, ular bandotan).
Berikut ini adalah beberapa jenis ular, antara lain :
• suku Typhlopidae
o ular kawat (Rhamphotyphlops braminus)
• suku Cylindrophiidae
o ular kepala-dua (Cylindrophis ruffus)
• suku Pythonidae
o ular sanca kembang (Python reticulatus)
o ular peraca (P. curtus)
o ular sanca hijau. (Morelia viridis')
• suku Acrochordidae
o ular karung (Acrochordus javanicus)
• suku Xenopeltidae
o ular pelangi (Xenopeltis unicolor)
• suku Colubridae


Ular kisik atau ular lare angon, Xenochrophis vittatus
o ular siput (Pareas carinatus)
o ular-air pelangi (Enhydris enhydris)
o ular kadut belang (Homalopsis buccata)
o ular cecak (Lycodon capucinus)
o ular gadung (Ahaetulla prasina)
o ular cincin mas (Boiga dendrophila)
o ular terbang (Chrysopelea paradisi)
o ular tambang (Dendrelaphis pictus)
o ular birang (Oligodon octolineatus)
o ular tikus atau ular jali (Ptyas korros)
o ular babi (Elaphe flavolineata)
o ular serasah (Sibynophis geminatus)
o ular sapi (Zaocys carinatus)
o ular picung (Rhabdophis subminiata)
o ular kisik (Xenochrophis vittatus)
• suku Elapidae
o ular cabai (Maticora intestinalis)
o ular weling (Bungarus candidus)
o ular sendok (Naja spp.)
o ular king-cobra (Ophiophagus hannah)
• suku Viperidae
o ular bandotan puspo (Vipera russelli)
o ular tanah (Calloselasma rhodostoma)
o ular bangkai laut (Trimeresurus albolabris)


D. Evolusi ular
Sebuah fosil yang ditemukan di Argentina diprediksi sebagai ular paling primitif yang pernah ditemukan. Berdasarkan susunan anatominya, fosil ini memperlihatkan bahwa semasa hidup ular menghuni daratan. Ini terbukti dengan adanya dua kaki. Selama ini, ilmuwan meyakini bahwa ular awalnya adalah hewan menyerupai kadal berkaki empat yang mengalami evolusi sehingga kehilangan keempat kakinya. Namun, ada juga kalangan ilmuwan yang beranggapan bahwa nenek moyang kadal pada dasarnya adalah hewan air.
Temuan baru ini berupa fosil hewan mirip ular yang digali di daerah Patagonia. Usia ular tersebut diperkirakan sekitar 90 juta tahun. Ini merupakan fosil ular pertama yang ditemukan dengan sacrum, komponen bertulang yang menahan tulang panggul. Tulang tersebut lambat laun hilang pada kadal yang berkembang menjadi ular. Mungkin ini fosil ular tertua karena satu-satunya yang masih memiliki sacrum.
Ilmuwan telah menemukan fosil ular dengan sebuah sacrum, yakni sejenis tulang yang mendukung bagian pinggulnya. Bagian tubuh ini diduga sepasang kaki mirip yang dijumpai pada kadal, hanya bedanya kadal memiliki empat kaki.
Kedua kaki itu kemungkinan besar berfungsi sebagai alat penggali tanah karena mereka hidup di atas dan di dalam tanah sekaligus. Endapan di sekitar fosil juga berada di daratan. Jadi, jika ular tertua hidup di darat, berarti ular memang berkembang di darat. Jika ular berkembang di darat dan bukannya di laut, fosil-fosilnya mungkin tidak terlalu lengkap. Sebab, fosil hewan-hewan purba dari masa permulaan lebih terjaga di lingkungan laut.
Walau ular primitif memiliki dua kaki, hewan tersebut tetap melata seperti ular modern yang dikenal saat ini. Ular bahkan mempergunakan dua kakinya hanya pada saat tertentu saja apabila memang diperlukan. Fosil ular ini diberi nama Najash rionegrina. Nama ini berasal dari bahasa Ibrani yang berarti ular, digabungkan dengan nama tempat Rio Negro, lokasi di mana fosil itu digali.
Jack Conrad, ilmuwan dari American Museum of Natural History, New York, berpendapat bahwa fosil ini dapat menjadi petunjuk mengenai asal usul ular, bagaimana mereka berevolusi, dan banyak lagi.

Gambar ular berkaki
Selain bukti di atas, seekor ular berkaki juga ditemukan di rumah Dean Qiongxiu di wilayah Suining, barat daya China. Ular tersebut memiliki sebuah kaki yang juga dilengkapi dengan kuku. Ular berkaki itu memiliki panjang sekitar 16 inci dan pada kakinya terdapat empat jari kecil.
Bukti yang ketiga sebuah fosil hewan terkunci di batu gamping Libanon telah terbukti menjadi penemuan yang sangat berharga mengenai ular dengan dua kaki. Fosil tersebut memilih tubuh memanjang sekitar 85 centimeter. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Fosil yang ditemukan di daerah al Nammoura, Lebanon tahun 2000 itu tidak dalam kondisi utuh. Sebagian ruas tulang belakangnya telah hilang. Selain itu, bagian ekor juga telah terpisah dan berada di dekat kepalanya.
Menurut para ahli adanya tulang-tulang kemungkinan besar menyusun salah satu kaki belakangnya. Tulang-tulang tersebut hanya sepanjang 2 centimeter dan diperkirakan tidak digunakan untuk berjalan. Dengan pemindai sinar-X, para peneliti dari European Light Source (ESRF) di Grenoble, Prancis bahkan dapat melihat kaki pasangannya yang tak terlihat di balik batu.


Cara Ular Bergerak
• Serpentin (Serpentine) ular bergerak maju dalam kurva berbentuk huruf “S” dengan sisi-sisi tubuh mendorong permukaan tanah yang tidak rata. Gerakan ini biasanya dilakukan di tanah maupun di air. Di air gerakan ini mudah dilakukan karena kontraksi nya dapat mendorong air terus menerus, sedangkan di tanah gerakan ini di bantu oleh kontur tanah maupun bebatuan.
• Konsertina (Concertina) ular memendekkan dan memanjangkan tubuhnya dengan ekor menambatkan tubuh. Gerakan ini biasanya di lakukan di permukaan yang datar, juga di gunakan oleh ular untuk memanjat.
• Linier (Caterpillar) ini merupakan pergerakan ular yang lambat dengan menggunakan gelombang kontraksi otot menggerakkan tubuh ular ke depan dengan sisik-sisik perut mencengkram tanah
• Menyamping (Sidewinding) kepala ular bergerak ke samping dan maju, diikuti bagian tubuh lainnya dengan jejak berbentuk batang yang jelas.

Lamarck merupakan salah satu tokoh evolusi yang menjelaskan mekanisme evolusi ular, bagaimana ular yang semula berkaki namun evolusi menjadi ular modern yang tidak berkaki. Adapun teori Lamarck adalah sebagai berikut :
Ø Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbullah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang, tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evolusi.
Ø Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh makluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada keturunannya.

Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari ular menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri. Selain hal ini karena kebutuhannya, ular terpaksa merayap diatas batang, sehingga kaki jarang digunakan sebab mereka harus melata. Akhirnya dalam waktu yang sangat lama, kaki yang tidak digunakan menghilang dan tubuh memanjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate